"O"
dukaku dukakau dukarisau
dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau
resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru
ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu
mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia
siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau
waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu
duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian
obolong o risau o Kau O.
A.
Unsur Intrinsik
·
Tema
Tema yang terdapat dalam puisi O
adalah kebimbangan seseorang yang sedang berduka dan resah karena mencari sosok
Tuhan. Sosok tersebut mau mengenal Tuhan lebih jauh karena dia merasa ragu
terhadap keyakinannya. Namun pencariannya terasa sia-sia. Maka sang tokoh pun
merasa was-was.
·
Tipografi
Tipografi disebut juga ukiran
bentuk puisi. Tipografi adalah tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan
bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan
suasana.
Tipografi yang digunakan dalam
puisi O adalah tipografi bebas sesuai dengan kenginginan penyair.
·
Rima/Aliterasi
Rima yang terdapat dalam puisi O
adalah rima aliterasi. Rima aliterasi adalah bunyi-bunyi awal pada tiap-tiap
kata yang sebaris, maupun pada baris-baris berlainan.
Contohnya:
dukaku dukaku dukarisau
dukakalian dukangiau
Bunyi d pada kata-kata dalam
baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.
resahku resahkau resahrisau
resahbalau resahkalian
Bunyi r pada kata-kata dalam
baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.
·
Diksi
Dalam puisi O ini Sutardji
memilih kata-kata yang yang tepat. Seperti apa yang dia katakan bahwa kata itu
adalah pengertian itu sendiri tidak harus bermakna lain. Sehingga dalam
puisinya ini hanya ada makna denotasi. Dalam puisi ini kata-kata yang
digunakan. Sutardji adalah kata-kata yang bisa digunakan dalam bahasa
sehari-hari. Tetapi ada kata yang berasal dari bahasa daerah antara yaitu
bahasa Jawa, terlihat pada kata ”bolong” yang berarti berlubang. Yakni suatu
kekosongan.
·
Citraan
Dalam puisi O ini terdapat
beberapa pencitraan antara lain, gerak, pedengaran, perasa dan penglihatan.
Gerak terlihat dari kata”maugapai” karena seakan kita bergerak untuk menggapai
harapan itu. Pendengaran terlihat dari kata ”dukangiau” karena kata ngiau
disitu adalah suara hewan yakni kucing sebagai suatu bahan perbandingan. Indera
perasa juga terasa dilibatkan dalam kata ”duhaingilu” sehingga pembaca seakan
ikut merasa ngilu dengan membaca puisi tersebut. Selain itu juga ada pencitraan
penglihatan pada kata ”okosong” dan ”obolong” karena kosong dan bolong itu
hanya bisa diketahui dangan melihat suasana.
Semuanya merupakan pencintran
yang bertujuan membawa pembaca dengan segenap inderanya sehingga bisa merasakan
sakit dan kehampaan yang ada dalam puisi tersebut. Dengan melibatkan indewra
bisa dirasakan dengan seluruh imajinasinya apa yang ada dalam puisi tersebut
·
Majas
Bahasa kiasan yang ditampilkan
adalah repetisi, yakni pengulangan kata guna menekankan arti pada kata itu.
Seperti tekanan pada kata ”duka” yang diulang sampai lima kali terlihat kalau
sang penyair sedang mengalami duka entah duka pada dirinya, pada kau atau
mungkin kekasihnya, dukau pada temannya
ataupun duka seekor
kucing.
Begitu juga penekanan pada kata
resah, ragu, mau, sia-sia, waswas, duhai, dan o adalah sebuah tekanan yang
memberi makna lebih pada duka, keresahan yang akhirnya menimbulkan ragu dan
juga keingintahuan walaupun itu hanya sia-sia dan membuat waswas. Pengulangan
kata itu merupakan penekanan juga pada artinya.
·
Nada
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap
pembacanya, misalnya sikap rendah hati, menggurui, mendikte, persuasif, dan
lain-lain. Sikap penyair kepada pembaca atau pendengar puisi O adalah persuasif
sebab penyair ingin agar semua pembaca atau pendengar puisi tersebut untuk
sama-sama merasakan apa yang penyair rasakan, yakni melalui kata duhai.
·
Rasa
Rasa atau emosional adalah
sentuhan perasaan penulisannya dalam bentuk kepuasan, keheranan, kesedihan,
kemarahan atau yang lain.
Rasa atau emosional yang hendak
ditunjukan penulis dalam puisi O adalah rasa kebimbangan yang melanda dirinya.
·
Perasaan
Perasaan (feeling) adalah sikap
pengarang terhadap tema (subjek matter) dalam puisinya, misalnya simpatik,
konsisten, senang, sedih, kecewa, dan lain-lain. Sikap pengarang terhadap tema
dalam puisi O adalah resah dan ragu.
·
Kata konkret
Kata konkret (imajinasi) adalah
penggunaan kata-kata yang tepat (diksi yang baik) atau bermakna denotasi oleh
penyair.Dalam puisi O pengarang hanya menggunakan kata yang bermakna denotasi.
·
Verifikasi
Verifikasi adalah berupa rima
(persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di akhir); ritma
(tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi).
Rima yang terdapat dalam puisi O
adalah rima aliterasi. Rima aliterasi adalah bunyi-bunyi awal pada tiap-tiap
kata yang sebaris, maupun pada baris-baris berlainan.
Contohnya:
dukaku dukaka u dukarisau
dukakalian dukangiau
(Bunyi d pada kata-kata dalam
baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.)
resahku resahkau resahrisau
resahbalau resahkalian
(Bunyi r pada kata-kata dalam
baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.)
Ritma yang digunakan dalam puisi
O adalah:
Dukaku dukakau dukarisau
dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau
resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu
ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai
maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia
siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian
waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu
duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
(rendah-tinggi, lemah-keras)
oku okau okosong orindu okalian
obolong o risau o Kau O...
(pendek-panjang)
·
Amanat
Amanat dalam puisi O adalah
seorang manusia harus selalu berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menjalani
baik buruknya kehidupan didunia dan setelah itu menyerahkan segala sesuatunya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·
Tujuan
Penyair memiliki tujuan agar semua pembaca atau
pendengar puisi tersebut untuk sama-sama merasakan apa yang penyair rasakan,
melalui kata duhai.
B. UnsurEkstrinsik
1. Pengarang
Sutardji Calzoum Bachri
dilahirkan pada tanggal 24 Juni 1943 di Rengat, Indragiri Hulu, Riau.
Latar Belakang Pendidikan:
Setelah lulus SMA, ia melanjutkan
pendidikannya sampai tingkat doktoral, Jurusan Administrasi Negara, Fakultas
Sosial Universitas Padjadjaran,
Bandung. Sutardji adalah anak kelima dari sebelas saudara dari pasangan
Mohammad Bachri (dari Prembun, Kutoarjo, Jawa Tengah) dan May Calzoum (dari
Tanbelan, Riau). Dia menikah dengan Mariham Linda (1982) dikaruniai seorang
anak perempuan bernama Mila Seraiwangi.
Latar Belakang Pekerjaan:
Kariernya di bidang kesastraan
dirintis sejak mahasiswa yang diawali dengan menulis dalam surat kabar mingguan
di Bandung.Selanjutnya, ia mengirimkan sajak-sajak dan esainya ke media massa
di Jakarta, seperti Sinar Harapan, Kompas, Berita Buana, majalah bulanan
Horison, dan Budaya Jaya.Di samping itu, ia mengirimkan sajak-sajaknya ke surat
kabar lokal, seperti Pikiran Rakyat di Bandung dan Haluan di Padang. Sejak itu,
Sutardji Calzoum Bachri diperhitungkan sebagai seorang penyair.Pada tahun
2000—2002 Sutardji Calzoum Bachri menjadi penjaga ruangan seni “Bentara”,
khususnya menangani puisi pada harian Kompas setelah berhenti menjadi redaktur
majalah Horison.
Latar Belakang Kesastraan /
Kebahasaan:
Sutardji Calzoum Bachri selain
menulis juga aktif dalam berbagai kegiatan, misalnya mengikuti International
Poetry Reading di Rotterdam, Belanda (1974), mengikuti International Writing
Program di Universitas Iowa, Iowa City, USA (Oktober 1974—April 1975), bersama
Kiai Haji Mustofa Bisri dan taufiq Ismail.Ia pernah diundang ke Pertemuan
International Para Pelajar di Bagdad, Irak, pernah diundang Menteri keuangan
Malaysia, Dato Anwar Ibrahim, untuk membacakan puisinya di Departemen Keuangan
Malaysia, mengikuti berbagai pertemuan Sastrawan ASEAN, Pertemuan Sastrawan
Nusantara di Singapura, malaysia, dan Brunei Darussalam, serta pada tahun 1997
Sutardji membaca puisi di Festival Puisi International Medellin, Columbia.
Karya:
Sutardji dengan “Kredo Puisi”nya
menarik perhatian dunia sastra di Indonesia.
Beberapa karyanya adalah:
O (Kumpulan Puisi, 1973),
Amuk (Kumpulan Puisi, 1977), dan
Kapak (Kumpulan Puisi, 1979).
Kumpulan puisnya, Amuk, pada
tahun 1976/1977 mendapat Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Kemudian
pada tahun 1981 ketiga buku kumpulan pusinya itu digabungkan dengan judul O,
Amuk, Kapak yang diterbitkan oleh Sinar Harapan.
Selain itu, puisi-puisinya juga
dimuat dalam berbagai antologi, antara lain:
Arjuna in Meditation (Calcutta,
India, 1976),
Writing from The Word (USA),
Westerly Review (Australia),
Dchters in Rotterdam (Rotterdamse
Kunststechting, 1975),
Ik Wil Nogdulzendjaar Leven, Negh Moderne Indonesische Dichter
(1979),
Laut Biru, Langit Biru (Jakarta:
Pustaka Jaya, 1977),
Parade Puisi Indonesia (1990),
Majalah Tenggara,
Journal of Southeast Asean Lietrature 36 dan 37 (1997), dan
Horison Sastra Indonesia: Kitab Puisi (2002).
Sutardji selain menulis puisi
juga menulis esai dan cerpen. Kumpulan cerpennya yang sudah dipublikasikan
adalah Hujan Menulis Ayam (Magelang, Indonesia Tera:2001). Sementara itu,
esainya berjudul Gerak Esai dan Ombak Sajak Anno 2001 dan Hujan Kelon dan Puisi
2002 mengantar kumpulan puisi “Bentara”.
Sutardji juga menulis kajian
sastra untuk keperluan seminar. Sekarang sedang dipersiapkan kumpulan esai
lengkap dengan judul “Memo Sutardji”
Penghargaan:
Penghargaan yang pernah diraihnya
adalah:
Hadiah Sastra Asean (SEA Write
Award) dari Kerajaan Thailand (1997),
Anugrah Seni Pemerintah Republik
Indonesia (1993),
Penghargaan Sastra Chairil Anwar
(1998), dan
Dianugrahi gelar Sastrawan
Perdana oleh Pemerintah Daerah Riau (2001).
2. Nilai-nilai
Nilai-nilai kemasyarakatan yang
terdapat dalam puisi O adalah:
Nilai Agama
Di dalam puisi O kita diajarkan
untuk selalu berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menjalani baik buruknya
kehidupan didunia dan setelah itu menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Nilai Pendidikan
Di dalam puisi O kita diajarkan
untuk selalu optimis dalan menjalani kehidupan, walaupun banyak rintangan yang
selalu menghadang.
Nilai Sosial
Di dalam puisi O kita diajarkan
untuk bisa saling merasakan dan setidaknya juga bisa membantu jika kita sanggup
uuntuk membantu, karena kita hidup tidak seorang diri melainkan bermasyarakat
Nilai Moral
Di dalam puisi O kita diajarkan
untuk selalu berbuat dengan ikhlas dalam setiap usaha yang kita lakukan demi
masa depan yang lebih baik, meskipun usaha yang selalu kita lakukan tidak
selamanya berhasil.
3. Kemasyarakatan
Puisi O ini dibuat pada tahun
1973, pada masa ini kondisi masyarakat masih dipengaruhi oleh PKI yang sedang
marak-marak di Indonesia. PKI yang sebenarnya menganut paham atheis (tidak
mempercayai Tuhan) ikut mempengaruhi masyarakat, sehingga puisi ini merupakan
hakikat dari Tuhan dan dosa. Tentang bagaimana manusia merasa berdosa dengan
segala keresahan dan kesedihan sehingga semuanya hanya bisa dikembalikan pada
Tuhan.
4. Makna
Kata-kata yang seakan berupa
mantra itu merupakan ekspresi dari doa. Penyair merasa duka, resah dan ragu
yang mendalam. Perasaan inilah yang membuat penyair berkeinginan untuk
mencapainya walaupun semuanya harus
sia-sia.
Semuanya hanya tinggal perasaan
waswas dan kehampaan. Kehampaan yang dirasakan itu dilambangkan dengan kata
bolong dan kosaong yang seakan-akan seperti huruf O. Jadi sebenarnya huruf O
adalah penggambaran dari perasaan hampa dan kosong sang penyair.
Selain itu kata-katanya yang
seperti mantra seakan-akan menyiratkan bahwa puisi itu adalah doa. Hingga puisi
itu merupakan hakikat dari Tuhan dan dosa. Tentang bagaimana manusia merasa
berdosa dengan segala keresahan dan kesedihan sehingga semuanya hanya bisa
dikembalikan pada Tuhan.
Sajak ini menggambarkan suasana
optimis pada penyair. Suasana optimis ini berubah menjadi absurd, karena
walaupun sudak merasa tidak mungkin tetapi masih ada usaha untuk mengapai semua
itu. Dengan keyakinan semuanya akan bisa tercapai walaupun itu juga tak
mungkin.
Sajak ini kata-katanya dikuai oleh
emosi dan rasioyang tak menentu sehingga menjadi sebuah misteri. Karena
semuanya seakan hanya sebuah misteri yang seakan-akan semuanya itu sulit untuk
dipahamidan terlihat tidak komunikatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar